Post by The Mufakkir on Jan 19, 2011 5:16:55 GMT -5
Assalamu'alaikum pak ustaz yang dirahmati Allah, mohon diberi darjat hadith ini serta syarahnya oleh ulamak muktabar. Jazakallah :
Dari Umar bin Yahya dia berkata: “Aku mendengar ayahku menceritakan dari bapaknya, dia berkata: “Adalah kami sedang duduk-duduk di pintu (rumah) Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu sebelum shalat Dzuhur –(biasanya) bila dia keluar (dari rumahnya) kamipun pergi bersamanya ke mesjid-, tiba-tiba datang Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu dan berkata: “Adakah Abu Abdir Rahman (Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu) telah keluar pada kalian?”
Kami menjawab: “Belum,” lalu dia pun duduk bersama kami sampai akhirnya Abdullah bin Mas’ud keluar. Setelah dia keluar, kami berdiri menemuinya dan Abu Musa Al-Asy’ari berkata: “Wahai Abu Abdi Rahman, tadi aku melihat dimasjid suatu perkara yang aku mengingkari, dan alhamdulillah aku tidak melihatnya kecuali kebaikan.” Dia bertanya: “Apa itu?” Abu Musa menjawab: “Bila kau masih hdiup niscaya kau akan melihatnya sendiri.”
Abu musa lalu berkata: “Aku melihat dimasjid beberapa kelompok orang yang duduk dalam bentuk lingkaran sambil menunggu (waktu) shalat. Dalam setiap lingkaran itu ada seseorang laki-laki dan ditangan tangan mereka ada batu-batu kecil, orang laki-laki itu berkata: “Bacalah takbir 100 kali,” merekapun bertakbir 100 kali, kemudian berkata lagi: “bacalah tahlil 100 kali,” merekapun bertahlil 100 kali, kemudian mereka berkata lagi: “Bacalah tasbih 100 kali,” mereka pun bertasbih 100 kali. Abdullah bin Mas’ud bertanya: “Apa yang kamu katakan pada mereka!”
Abu Musa menjawab: “Aku tidak mengatakan apapun pada mereka, karena aku menunggu pendapatmu atau menunggu perintahmu!” Abudlllah bin Mas’ud menjawab: “Tidakkah kamu perintahkan pada mereka untuk menghitung kesalahan-kesalahan mereka, dan kau beri jaminan bagi mereka bahwa tidak ada sedikitupun dari kebaikan mereka yang akan hilang begitu saja?”
Kemudian dia pergi dan kami pun ikut bersamanya, hingga tiba disalah satu kelompok dari kelompok-kelompok (yang ada dimasjid) dan berdiri dihadapan mereka, lalu berkata: “Apa yang kalian sedang kerjakan?” Mereka menjawab: “Ya Abu Abdir Rahman, (ini adalah) batu-batu kecil yang kami gunakan untuk menghitung takbir, tahlil, tasbih dan tahmid.”
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Hitunglah kesalahan-kesalahan kalian. Aku akan menjamin bahwa tidak ada sedikitupun dari kebaikan-kebiakan kalian yang akan hilang begitu saja. Celaka kalian wahai umat Muhammad, alahkah cepatnya kebinasaan kalian, lihat sahabat-shabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih banyak, baju-baju beliau belum rusak dan bejana-bejana beliau belum pecah. Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh (apakah) kalian ini berada pada ajaran yang lebih baik dari ajaran Muhammad ataukah kalian sedang membuka pintu kesesatan.”
Mereka menjawab: “Demi Allah, wahai Abu Abdir Rahman, kami tidak menginginkan kecuali kebaikan.” Abdulah bin Mas’ud berkata: “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi dia tidak dapat meraihnya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami bahwa ada sekelompok orang yang membaca Al-Qur’an tapi hanya sampai sebatas kerongkongan mereka saja. Demi Allah, aku tidak tahu barangkalai sebagian besar mereka dari kalian-kalian ini.”
Dari Umar bin Yahya dia berkata: “Aku mendengar ayahku menceritakan dari bapaknya, dia berkata: “Adalah kami sedang duduk-duduk di pintu (rumah) Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu sebelum shalat Dzuhur –(biasanya) bila dia keluar (dari rumahnya) kamipun pergi bersamanya ke mesjid-, tiba-tiba datang Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu dan berkata: “Adakah Abu Abdir Rahman (Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu) telah keluar pada kalian?”
Kami menjawab: “Belum,” lalu dia pun duduk bersama kami sampai akhirnya Abdullah bin Mas’ud keluar. Setelah dia keluar, kami berdiri menemuinya dan Abu Musa Al-Asy’ari berkata: “Wahai Abu Abdi Rahman, tadi aku melihat dimasjid suatu perkara yang aku mengingkari, dan alhamdulillah aku tidak melihatnya kecuali kebaikan.” Dia bertanya: “Apa itu?” Abu Musa menjawab: “Bila kau masih hdiup niscaya kau akan melihatnya sendiri.”
Abu musa lalu berkata: “Aku melihat dimasjid beberapa kelompok orang yang duduk dalam bentuk lingkaran sambil menunggu (waktu) shalat. Dalam setiap lingkaran itu ada seseorang laki-laki dan ditangan tangan mereka ada batu-batu kecil, orang laki-laki itu berkata: “Bacalah takbir 100 kali,” merekapun bertakbir 100 kali, kemudian berkata lagi: “bacalah tahlil 100 kali,” merekapun bertahlil 100 kali, kemudian mereka berkata lagi: “Bacalah tasbih 100 kali,” mereka pun bertasbih 100 kali. Abdullah bin Mas’ud bertanya: “Apa yang kamu katakan pada mereka!”
Abu Musa menjawab: “Aku tidak mengatakan apapun pada mereka, karena aku menunggu pendapatmu atau menunggu perintahmu!” Abudlllah bin Mas’ud menjawab: “Tidakkah kamu perintahkan pada mereka untuk menghitung kesalahan-kesalahan mereka, dan kau beri jaminan bagi mereka bahwa tidak ada sedikitupun dari kebaikan mereka yang akan hilang begitu saja?”
Kemudian dia pergi dan kami pun ikut bersamanya, hingga tiba disalah satu kelompok dari kelompok-kelompok (yang ada dimasjid) dan berdiri dihadapan mereka, lalu berkata: “Apa yang kalian sedang kerjakan?” Mereka menjawab: “Ya Abu Abdir Rahman, (ini adalah) batu-batu kecil yang kami gunakan untuk menghitung takbir, tahlil, tasbih dan tahmid.”
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Hitunglah kesalahan-kesalahan kalian. Aku akan menjamin bahwa tidak ada sedikitupun dari kebaikan-kebiakan kalian yang akan hilang begitu saja. Celaka kalian wahai umat Muhammad, alahkah cepatnya kebinasaan kalian, lihat sahabat-shabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih banyak, baju-baju beliau belum rusak dan bejana-bejana beliau belum pecah. Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh (apakah) kalian ini berada pada ajaran yang lebih baik dari ajaran Muhammad ataukah kalian sedang membuka pintu kesesatan.”
Mereka menjawab: “Demi Allah, wahai Abu Abdir Rahman, kami tidak menginginkan kecuali kebaikan.” Abdulah bin Mas’ud berkata: “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi dia tidak dapat meraihnya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami bahwa ada sekelompok orang yang membaca Al-Qur’an tapi hanya sampai sebatas kerongkongan mereka saja. Demi Allah, aku tidak tahu barangkalai sebagian besar mereka dari kalian-kalian ini.”